Selasa, 31 Maret 2009

Saling percaya dan jujur kunci bahagia

Tidak semua pasangan mampu mencipta kebahagiaan untuk tempo yang lama.

Ada yang hanya mampu mengekalkan hubungan untuk jangka masa singkat. Tidak kurang yang merana gara-gara tidak mampu menyelamatkan keadaan.

Petua berikut barangkali boleh dijadikan panduan untuk mengekalkan hubungan supaya bertahan lama.

# Mempercayai apa yang dilihat dan didengar tanpa syak wasangka. Bagi anda, apa yang dibicarakan tidak perlu disangsi kerana ia ada kebenaran serta boleh mendatangkan kebaikan dalam perhubungan. Tapi berhati-hati kerana mungkin dengan cara ini si dia boleh 'menjerat' anda.

# Mengawal pasangan. Contohnya, si dia datang tepat pada waktu yang dijanjikan dan boleh menerima pendapat anda. Ini bermakna, anda boleh 'mengawal' dirinya daripada me lakukan perkara yang anda tidak gemari.

Apapun, ia tidak berarti anda boleh menyuruhnya tetapi jika si dia menuruti kehendak anda, ini bermakna si dia mempercayai anda dan tidak ragu-ragu dengan cara anda.

# Komitmen bukan sekadar menepati janji tetapi juga menghargai perjanjian yang dipersetujui bersama. Jika anda ataupun si dia berani memberikan komitmen dan ber sungguh-sungguh dalam perhubungan, tentu saja perhubungan ceria serta bahagia.

Sikap saling mempercayai yang wujud dalam diri masing-masing akan mewarnai lagi perhubungan anda berdua. Malah, ia akan membuatkan si dia lebih yakin dengan kejujuran anda padanya. Justru, tiada alasan untuk si dia berlaku curang.

# Kejujuran memang perlu untuk menjamin perhubungan yang bahagia. Anda tidak patut menyembunyikan perkara yang sepatutnya diketahui pasangan.

Jika anda dan si dia jujur, ini membuatkan anda berdua tidak takut berbahas kerana berpendapat ia untuk kebaikan bersama.

Walaupun ada kalanya tercetus pertengkaran kecil karena masing-masing ingin mengutarakan pendapat sendiri, akhirnya anda dan pasangan akan mengambil keputusan untuk memilih pendapat yang terbaik demi menjamin perhubungan yang stabil.

# Terima seadanya. Kunci keintiman dalam suatu perhubungan adalah menerima seadanya baik buruk pasangan.

Apabila hati sudah sayang, tentu saja anda sanggup menerimanya walaupun menyadari tentu ada perkara negatif mengenainya.

# Pengertian. Sebagian besar individu menginginkan pasangan yang tidak hanya mendengar pendapat sebelah pihak malah harus bijak mengutarakan pendapat sendiri.

Anda juga tentunya berharap si dia mengerti pandangan anda terhadap berbagai perkara. Jika tidak, mungkin per hubungan hanya mendatar saja.

Bukan itu saja, kemarahan juga boleh timbul disebabkan tidak memahami perasaan dan menganggap diri tidak di hargai.

# Simpati adalah usaha untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam tetapi tidak mudah untuk melakukannya.

Tetapi, apabila berjaya menimbulkan simpati, kebanyakan pasangan mampu mengatasi perkara yang boleh menim bulkan pertengkaran dan perselisihan pendapat.

# Rasa yakin membolehkan anda memberi pandangan bersama si dia sama ada dalam hal remeh-temeh hinggalah ke perkara yang serius.

Anda akan berasa si dia bukan saja mendengar malah akan menyimpan rahsia anda.

# Anda dan si dia memang tidak dapat lari daripada perbezaan pendapat. Mereka yang berusaha terlalu keras untuk menyangkal atau takut mengakui dirinya berbebas pendapat dengan pasangan lazimnya seorang yang tidak berani menghadapi kenyataan.

Tidak mungkin anda dan pasangan sentiasa sependapat sebaliknya, harus berkompromi untuk menunjukkan ke dewasaan masing-masing.

# Cinta sejati akan diwarnai oleh pengertian dan rasa untuk dimaafkan kerana dendam boleh menjadi punca kehancuran perhubungan.

Walaupun pernah dilukai, perasaan dendam ataupun mem balas balik perbuatan mungkin tidak akan terlintas di fikiran. Berdendam bukanlah jalan penyelesaian yang terbaik malah ia akan memburukkan lagi keadaan.

# Ketulusan dan kejujuran memainkan peranan penting dalam perhubungan, bukan saja dari segi perbuatan malah pertuturan.

Apa yang ingin disampaikan haruslah dengan niat sejujur mungkin dan bukanlah hanya untuk melindungi kesilapan.

KEBENARAN CINTA

Bahwasanya kebenaran CINTA itu dapat diukur apabila orang yang memiliki CINTA mampu mencurahkan segala yang ia miliki, baik itu berupa harta benda, kekuasaan, kekuatan, rasa ikhlas terhadap orang yang kita CINTAi dan selalu mendekatkan diri kepada orang yang kita CINTAI juga.

Untuk itu apabila orang yang memiliki CINTA dia mampu mencurahkan seluruh jiwa raganya untuk orang yang kita CINTAi maka hal itu merupakan derajat yang tinggi didalam CINTA…sebaik-baiknya hidup adalah hidup orang yang mencintai, yaitu yang CINTAnya telah sampai kepada kekasihnya….sedangkan sepahit-pahitnya hidup adalah jikala kita berpisah dari orang yang kita cintai.

Senin, 16 Maret 2009

Tips Membina Rumah Tangga yang Sakînah

Penulis: Buletin Al Ilmu Jember

Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.

Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.

HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH

Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.

Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.

Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):

“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)

BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ

“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:

وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ

yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ

“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)

Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.

DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH

1. Berdzikir

Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):

“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d: 28)

Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:

أَسْتَغْفِرُالله ,

dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.

2. Menuntut ilmu agama

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ

“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Dalam hadits diatas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.

Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.

Sumber: http://www.assalafy.org/artikel.php?kategori=akhlaq=8